Layanan Bimbingan dan Konseling (BK) berbasis literasi adalah upaya membantu siswa untuk mengungkap dan menyelesaikan masalahnya melalui tulisan. Sebagai guru BK yang juga sangat menyukai soal tulis-menulis, tidak ada salahnya kalau sesekali menggabungkan dua bidang ini dalam satu waktu. Ya memberi layanan BK, ya sekaligus melatih para siswa untuk menulis. Kelihatannya belajar menulis dengan cara ini bisa lebih memudahkan karena apa yang akan ditulis adalah apa yang dialami atau apa yang dibutuhkan para siswa sendiri. Selain itu, para siswa juga lebih leluasa mengungkapkan isi hati dan pikirannya, khususnya bagi mereka yang belum terbiasa berkomunikasi secara verbal atau berkepribadian introvert.
Setiap awal tahun ajaran, guru bimbingan dan konseling (BK) di sekolah dituntut untuk melakukan asesmen kebutuhan siswa. Asesmen ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan siswa guna menyusun materi layanan BK yang relevan selama satu tahun ajaran. Beberapa instrumen yang bisa digunakan dalam asesmen ini misalnya Daftar Cek Masalah (DCM), Angket Kebutuhan Peserta Didik (AKPD), Alat Ungkap Masalah (AUM), dan lain-lain.
Hasil asesmen dapat dikategorikan ke dalam dua jenis:
1. Profil individu siswa, yang mencerminkan kebutuhan atau masalah spesifik dari masing-masing siswa.
2. Profil kelas atau kelompok, yang menggambarkan kecenderungan umum dalam suatu kelas atau kelompok siswa.
Dalam DCM, misalnya, daftar kebutuhan siswa dikelompokkan ke dalam empat bidang layanan BK, yaitu:
- Bidang Pribadi: mencakup masalah kesehatan, keadaan ekonomi, kehidupan keluarga, agama dan moral, serta rekreasi dan hobi.
- Bidang Sosial: meliputi hubungan interpersonal, kehidupan sosial dan organisasi, serta masalah remaja.
- Bidang Belajar: mencakup kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan sekolah, kurikulum, dan kebiasaan belajar.
- Bidang Karier: berkaitan dengan rencana masa depan dan cita-cita siswa.
Berdasarkan asesmen ini, guru BK dapat merancang tema-tema layanan yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Pendekatan literasi dapat menjadi metode yang efektif untuk membantu siswa memahami dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah meminta siswa menulis pengalaman pribadinya sesuai tema yang dipilih dengan menggunakan teknik ATAP dalam menulis.
Teknik ATAP: Menulis untuk Mengatasi Masalah
Dalam proses menulis ini, siswa diberikan rambu-rambu agar tulisan mereka lebih terstruktur dan solutif. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah Teknik ATAP (Awal, Tantangan, Aksi, Perubahan). Teknik ini membantu siswa menuliskan permasalahannya secara reflektif, menemukan akar masalah, serta mencari solusi.
Contoh Penggunaan Teknik ATAP untuk Mengatasi Kesulitan Konsentrasi
1. Awal
Di bagian ini, siswa menjelaskan latar belakang masalah dan keresahan yang dialami.
Sejak awal tahun ajaran baru, saya merasa sulit berkonsentrasi di kelas. Saya sering merasa pikiran saya melayang-layang saat guru menjelaskan materi. Akibatnya, saya sering ketinggalan pelajaran dan sulit memahami materi yang diajarkan. Saya ingin bisa fokus saat belajar agar nilai saya lebih baik.
2. Tantangan
Siswa menuliskan berbagai kesulitan, hambatan, dan tantangan yang mereka hadapi dalam mencapai tujuan.
Saya menyadari bahwa ada banyak hal yang mengganggu konsentrasi saya, seperti suara gaduh di kelas, penggunaan ponsel, dan kurangnya minat terhadap beberapa mata pelajaran. Selain itu, saya juga sering merasa lelah karena tidur terlalu larut sehingga sulit fokus di pagi hari.
3. Aksi
Bagian ini berisi strategi atau langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi masalah.
Untuk meningkatkan konsentrasi, saya mulai mencoba beberapa strategi. Saya mengatur waktu belajar dengan teknik Pomodoro, yaitu belajar selama 25 menit dan beristirahat selama 5 menit. Saya juga mulai membatasi penggunaan ponsel saat belajar dan mencoba tidur lebih awal agar lebih segar di pagi hari. Selain itu, saya meminta bantuan teman untuk mengingatkan saya saat saya mulai kehilangan fokus di kelas.
4. Perubahan
Siswa menuliskan perubahan yang terjadi setelah menerapkan strategi yang telah direncanakan.
Setelah beberapa minggu menerapkan strategi ini, saya mulai merasakan perubahan. Saya lebih mudah fokus di kelas, lebih cepat memahami pelajaran, dan merasa lebih segar saat belajar. Nilai tugas saya juga mulai meningkat karena saya lebih serius dalam mengerjakannya. Saya menyadari bahwa dengan sedikit usaha dan kedisiplinan, masalah kesulitan konsentrasi bisa diatasi.
Bimbingan dan Konseling berbasis literasi memungkinkan siswa untuk merefleksikan masalahnya secara mendalam melalui tulisan. Teknik ATAP membantu siswa untuk menyusun pemikirannya dengan lebih terstruktur, memahami akar permasalahan, serta menemukan solusi yang tepat. Dengan menerapkan teknik ini dalam layanan BK, siswa tidak hanya terbantu dalam menyelesaikan masalahnya, tetapi juga meningkatkan keterampilan literasi dan berpikir kritis. Seperti kata pepatah, sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Sekali melakukan kegiatan layanan BK, sekaligus bisa mengasah keterampilan menulis dan berpikir kritis. Menulis dengan menggunakan teknik ATAP, setidaknya sudah bisa menghasilkan karya tulis sepanjang empat paragraf. Apabila itu belum dianggap cukup untuk menuangkan buah pikiran, masing-masing paragraf dapat dikembangkan lebih lanjut. Selamat berpetualang dalam layanan BK sambil menyelam di kedalaman lautan literasi. (Ali Mustahib Elyas)