Pendekatan Deep Learning secara harfiah berarti belajar secara mendalam. Meskipun konsep ini lebih sering dikaitkan dengan dunia Pendidikan (akademik) dan kecerdasan buatan, penerapannya dalam layanan Bimbingan dan Konseling (BK) juga sangat relevan. Dalam layanan BK, proses belajar tidak hanya bertujuan untuk mencapai prestasi akademik semata, tetapi juga untuk menginternalisasi nilai-nilai yang dipelajari menjadi suatu kesadaran yang akhirnya membentuk perilaku positif. Oleh karena itu, penerapan deep learning dalam layanan BK dapat membantu siswa untuk belajar secara lebih mendalam dengan tujuan yang lebih bermakna dan berkelanjutan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, deep learning menawarkan tiga strategi utama yang dapat digunakan dalam layanan BK, yaitu meaningful learning, mindful learning, dan joyful learning. Ketiga strategi ini beririsan dengan pendekatan yang selama ini diterapkan dalam layanan BK. Berikut uraian dari ketiga strategi tersebut.
Meaningful Learning (Belajar yang Bermakna) adalah strategi pertama yang akan kita eksplorasi. Dalam konteks layanan BK, meaningful learning mengacu pada proses pembelajaran yang menghubungkan konsep baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Ini sangat penting karena setiap intervensi BK selalu diawali dengan asesmen kebutuhan siswa. Misalnya, ketika seorang siswa merasa cemas menghadapi ujian, seorang guru BK dapat membantu siswa tersebut dengan mengidentifikasi penyebab kecemasannya dan menghubungkannya dengan pengalaman belajar sebelumnya. Dengan cara ini, siswa tidak hanya menerima informasi tentang cara mengatasi kecemasan, tetapi juga memahami akar masalahnya. Hal ini menjadikan pembelajaran lebih bermakna, karena siswa merasa terlibat secara aktif dalam proses tersebut.
Contoh lain dari meaningful learning bisa dilihat dalam kegiatan kelompok. Ketika siswa bekerja sama untuk menyelesaikan masalah, mereka secara otomatis terlibat dalam diskusi yang menghubungkan pengetahuan yang dimiliki masing-masing. Dalam situasi ini, bimbingan dari guru BK bisa membantu siswa untuk melihat hubungan antara teori yang dipelajari di kelas dengan situasi nyata yang mereka hadapi. Ini tidak hanya memperdalam pemahaman siswa, tetapi juga menciptakan rasa saling mendukung di antara mereka. Dalam kegiatan kelompok tersebut, bisa jadi pengalaman siswa yang satu akan bermanfaat bagi siswa lainnya.
Melalui meaningfull learning, materi layanan BK akan menemukan relevansinya dengan kebutuhan siswa. Selain itu materi juga kontekstual karena sesuai dengan pengalaman hidup siswa saat ini. Integrasi materi dengan kebutuhan dan pengalaman siswa ini juga dapat berarti melakukan integrasi ilmu. Misalnya mengaitkan pengetahuan siswa tentang proses pembuahan yang dipelajari dari bidang studi IPA dengan materi BK tentang betapa istimewanya manusia.
Selanjutnya, kita beralih ke Mindful Learning (Belajar dengan Kesadaran Penuh). Mindful learning merupakan konsekuensi dari meaningful learning. Setelah siswa mengetahui kebutuhan mereka dan siap untuk mendalaminya, mereka akan belajar dengan kesadaran penuh demi memenuhi kebutuhannya. Dalam layanan BK, kesadaran ini sangat penting karena membantu siswa memahami bahwa proses belajar atau bimbingan yang mereka jalani bukan sekadar untuk memenuhi tuntutan orang lain (guru, orang tua, atau lingkungan), tetapi benar-benar untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka sendiri. Ini adalah titik di mana siswa mulai mengalami langsung proses belajarnya.
Misalnya, seorang siswa yang berjuang dengan masalah sosial mungkin merasa tertekan untuk berinteraksi dengan teman-temannya. Namun, dengan pendekatan mindful learning, guru BK dapat membantu siswa tersebut untuk menyadari bahwa interaksi sosial adalah bagian penting dari kesejahteraan mereka. Siswa kemudian dapat belajar untuk menghadapi ketakutan tersebut dengan lebih sadar dan bertanggung jawab. Mereka tidak hanya belajar untuk berinteraksi, tetapi juga memahami mengapa interaksi itu penting bagi mereka.
Analisis mendalam dari mindful learning menunjukkan bahwa kesadaran dalam belajar dapat meningkatkan perhatian dan fokus siswa. Menurut Dr. Jon Kabat-Zinn, seorang ahli mindfulness, praktik kesadaran dapat membantu individu untuk lebih memahami diri mereka sendiri dan lingkungan sekitar. Dalam konteks BK, ini berarti siswa dapat lebih terbuka terhadap bimbingan yang diberikan, serta lebih bertanggung jawab dalam menerapkan apa yang telah mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian, kita sampai pada Joyful Learning (Belajar dengan Rasa Senang). Joyful learning merupakan konsekuensi dari dua strategi sebelumnya. Jika siswa telah mengalami meaningful learning dan mindful learning, maka mereka akan merasakan kebahagiaan dalam belajar. Hal ini karena mereka menyadari bahwa proses pembelajaran yang mereka jalani selaras dengan kebutuhan dan tujuan mereka sendiri. Dalam layanan BK, kebahagiaan dalam belajar dapat dicapai dengan menciptakan suasana yang menyenangkan dan tidak menekan siswa.
Misalnya, guru BK dapat menggunakan berbagai metode kreatif, seperti permainan, video, kuis, atau aktivitas interaktif lainnya. Aktivitas semacam ini tidak hanya merangsang minat siswa, tetapi juga membantu mereka untuk belajar dengan cara yang lebih menyenangkan. Ketika siswa merasa senang, mereka lebih mungkin untuk terlibat dalam proses belajar dan menginternalisasi apa yang mereka pelajari. Dr. Barbara Fredrickson, seorang psikolog positif, menyatakan bahwa pengalaman positif dapat meningkatkan kreativitas dan keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan. Dalam konteks BK, hal ini sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung.
Salah satu contoh konkret dari joyful learning adalah penggunaan permainan peran dalam sesi bimbingan. Dalam permainan ini, siswa dapat berlatih keterampilan sosial dalam suasana yang tidak mengancam. Mereka dapat belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik, mengatasi konflik, dan membangun hubungan yang sehat dengan teman-temannya. Ketika siswa merasa nyaman dan senang, mereka akan terbuka dan berbagi pengalamannya, yang selanjutnya dapat memperdalam pembelajaran mereka.
Namun, perlu disadari bahwa penerapan strategi deep learning dalam layanan BK bukanlah suatu yang instan. Dibutuhkan waktu dan usaha untuk menginternalisasi nilai-nilai yang dipelajari. Oleh karena itu, guru BK perlu memiliki kesabaran dan pemahaman yang mendalam tentang proses ini. Seperti yang diungkapkan oleh psikolog pendidikan, Dr. Carol Dweck, penting bagi pendidik untuk mengadopsi pola pikir pertumbuhan. Dengan pola pikir ini, guru BK dapat membantu siswa untuk melihat tantangan sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang. Ini tantangan berat yaitu ketika konsep yang dianggap ideal harus dihadapkan pada realitas sikap dan perilaku para siswa.
Keterkaitan antara ketiga strategi ini sangat erat. Meaningful learning menciptakan fondasi bagi mindful learning, yang pada gilirannya menghasilkan joyful learning. Ketika siswa mengalami ketiga tahap ini, mereka tidak hanya belajar untuk mencapai tujuan akademik, tetapi juga mengembangkan keterampilan hidup yang penting. Dalam dunia yang semakin kompleks ini, keterampilan seperti empati, komunikasi, dan kolaborasi menjadi semakin penting.
Sebagai penutup, pendekatan deep learning dalam layanan BK menekankan perubahan dari dalam diri siswa secara intrinsik, sehingga hasil yang diperoleh lebih bertahan lama dan terjadi internalisasi secara permanen. Namun, hal ini bukan berarti mengabaikan pendekatan eksternal. Guru BK tetap dapat mengombinasikan strategi-strategi deep learning dengan berbagai metode lain yang sesuai dengan karakteristik siswa. Yang terpenting, guru BK perlu memahami konsep deep learning secara sederhana dan menemukan keterkaitannya dengan praktik layanan BK yang selama ini telah dilakukan.
Dengan pendekatan ini, layanan BK dapat semakin efektif dalam membantu siswa mencapai perkembangan pribadi, sosial, akademik, dan karier yang optimal. Ketika siswa merasa terlibat, sadar, dan bahagia dalam proses belajar mereka, mereka akan lebih siap untuk menghadapi tantangan di masa depan. Dengan demikian, penerapan deep learning dalam layanan BK bukan hanya sebuah inovasi, tetapi juga sebuah kebutuhan untuk menciptakan generasi yang lebih baik dan lebih berdaya saing.